perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut
pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan
penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah.
Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian
bersama istri dan keluarganya.
Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah
untuk dirinya.
Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak
sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma
menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta.
Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri
kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ”
katanya, “hadiah dari kami.”
saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya
sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali.
Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya
sendiri.
No comments:
Post a Comment