STRUKTUR PC IPM PAMULANG 2011/2013

KETUA UMUM : ANDHINI CITRA PERTIWI
KABID PERKADERAN : FALAHUDIN RACHMAN
KABID KDI : FAIDH FADHILAH
KABID PIP : LAILY DIAN TANTI
KABID ASBO : MIFTAH AWALUDIN A.
KABID ADVOKASI : RIFQY AZMY AL-HANIF
KABID IPMAWATI : VERA RACHMA

SEKRETARIS UMUM : TARA PRAYOGA
SEKBID PERKADERAN : JIHANITA DIANSABILA
SEKBID KDI : EZA PRIMA IMAN CAHYA
SEKBID PIP : HANIFIA ZAHRA SAKINA
SEKBID ASBO : LUTFI GUSRIZAL
SEKBID ADVOKASI : NAJIYAH FAHMA
SEKBID IPMAWATI : FILDZAH RIZKI

BENDAHARA UMUM : MUTIA KHANZA
WK.BENDAHARA UMUM : BADZLINA EGSA

ANGGOTA PERKADERAN : KEVIN IVANDRA, RENATA ZUHA, M. ANDI WICAKSONO, FARHAN, DINDA INDRIANI, ANDINTA SUCI MAHARANI.

ANGGOTA KDI : AKMAL MONTESKI, M. ARIF RAMADHAN, KHOIRUL MIFTAH, NABILA HANIFA, RISA MAGFIROH, EMILI.

ANGGOTA PIP : TAUFIK AKBAR, MARSHA KHAIRUNNISA, MEITA DWIJAYANTI, NASRUL ADIE, M. ZULFIKAR A.
ANGGOTA ASBO : LUTHFANA FAZAR DAUD, EKA PUTRA PRASETYA, ADIS R., TRI FEBRIANI, M. ARIEF RAVENDRA.
ANGGOTA ADVOKASI : WALIKA ALYA AKMAL, RISKA LARASATI, WIDYA TRIASTUTI, ARUM PUSPORINI, DINDA NUR SAGITA.
ANGGOTA IPMAWATI : HENNY VIVIANI, RISKI AMELIA, SUCI, NANETY FARAS, EVERESTY RINJANI, YOLANDA HANNY.

Courtesy by: Pimpinan Cabang IPM Pamulang

Thursday, 13 May 2010

Suara seorang kakak


Pada musim panas sebelum aku mulai kuliah tingkat tiga, aku menerima telepon dari ayahku yang memberitakan bahwa Vicki masuk rumah sakit. Ia pingsan dan bagian kanan tubuhnya lumpuh. Indikasi awal adalah ia menderita stroke. Namun, hasil tes memastikan bahwa penyakitnya lebih serius. Ada sebuah tumor otak ganas yang menyebabkannya lumpuh. Dokter hanya memberinya waktu kurang dari tiga bulan. Aku ingat aku bertanya-tanya, bagaimana mungkin ini terjadi? Sehari sebelumnya Vicki baik-baik saja.
Sekarang, hidupnya akan berakhir pada usia begitu muda. Setelah mengatasi rasa kaget dan perasaan hampa pada awalnya, aku memutuskan bahwa Vicki membutuhkan harapan dan semangat.
Ia memerlukan seseorang yang membuatnya percaya bahwa ia dapat mengatasi rintangan ini. Aku menjadi pelatih Vicki. Setiap hari kami membayangkan bahwa tumornya menyusut dan semua yang kami bicarakan bersifat positif. Aku bahkan memasang poster di pintu kamar rumah sakitnya yang bertulisan, “Kalau kau memiliki pikiran negatif, tinggalkan pikiran itu di pintu.”
Aku sudah berbulat hati untuk membantu Vicki mengalahkan tumor itu. Kami berdua membuat perjanjian yang disebut 50-50. Aku berjuang 50% dan Vicki akan memperjuangkan 50% sisanya.
Bulan Agustus tiba dan kuliah tingkat tiga akan dimulai diuniversitas yang jaraknya 3000 mil dari rumah. Aku bingung, apakah aku harus pergi atau tetap menemani Vicki. Aku salah bicara, menyebutkan bahwa aku mungkin tak akan pergi kuliah. Ia menjadi marah dan menyuruhku untuk tidak khawatir karena dia akan baik-baik saja. Jadi, malah Vicki, yang berbaring sakit di tempat
tidur di rumah sakit, yang menyuruhku agar jangan khawatir. Aku sadar bahwa kalau aku tetap bersamanya, aku
mungkin akan menyiratkan bahwa dia sedang sekarat dan aku tak mau ia berpikir begitu. Vicki harus yakin bahwa ia dapat menang melawan tumor itu.
Kepergianku malam itu, merasakan bahwa ini mungkin terakhir kalinya aku melihat Vicki dalam keadaan hidup, adalah hal yang tersulit yang pernah kulakukan. Selama kuliah, aku tak pernah berhenti memperjuangkan 50% bagianku untuknya. Setiap malam sebelum tidur, aku berbicara dengan Vicki, berharap ia dapat mendengarku. Aku berkata, “Vicki, aku sedang berjuang untukmu dan aku tak akan menyerah. Asalkan kau tak pernah berhenti berjuang, kita dapat mengalahkan tumor ini.”
Beberapa bulan berlalu dan dia masih bertahan. Aku sedang berbicara dengan seorang teman yang lebih tua dan ia menanyakan keadaan Vicki. Aku bercerita bahwa kondisinya makin buruk, tapi dia tak menyerah.
Temanku melontarkan suatu pertanyaan yang benar-benar membuatku berpikir. Katanya, “Menurutmu, apakah dia bertahan itu karena dia tak mau mengecewakanmu?” Mungkin perkataannya benar? Mungkin aku egois, menyemangati Vicki untuk terus berjuang? Malam itu sebelum tidur, aku berkata padanya, “Vicki, aku mengerti kau sangat menderita dan mungkin kau ingin menyerah. Kalau memang begitu, aku mendukungmu. Kita tidak akan kalah karena kau tak pernah berhenti berjuang. Kalau kau ingin pergi ke tempat yang lebih baik, aku mengerti. Kita pasti bersama lagi. Aku menyayangimu dan aku akan terus bersamamu di mana pun kau berada.”
Keesokan paginya, ibuku menelepon, memberi tahu bahwa Vicki telah meninggal.

No comments:

Post a Comment