STRUKTUR PC IPM PAMULANG 2011/2013

KETUA UMUM : ANDHINI CITRA PERTIWI
KABID PERKADERAN : FALAHUDIN RACHMAN
KABID KDI : FAIDH FADHILAH
KABID PIP : LAILY DIAN TANTI
KABID ASBO : MIFTAH AWALUDIN A.
KABID ADVOKASI : RIFQY AZMY AL-HANIF
KABID IPMAWATI : VERA RACHMA

SEKRETARIS UMUM : TARA PRAYOGA
SEKBID PERKADERAN : JIHANITA DIANSABILA
SEKBID KDI : EZA PRIMA IMAN CAHYA
SEKBID PIP : HANIFIA ZAHRA SAKINA
SEKBID ASBO : LUTFI GUSRIZAL
SEKBID ADVOKASI : NAJIYAH FAHMA
SEKBID IPMAWATI : FILDZAH RIZKI

BENDAHARA UMUM : MUTIA KHANZA
WK.BENDAHARA UMUM : BADZLINA EGSA

ANGGOTA PERKADERAN : KEVIN IVANDRA, RENATA ZUHA, M. ANDI WICAKSONO, FARHAN, DINDA INDRIANI, ANDINTA SUCI MAHARANI.

ANGGOTA KDI : AKMAL MONTESKI, M. ARIF RAMADHAN, KHOIRUL MIFTAH, NABILA HANIFA, RISA MAGFIROH, EMILI.

ANGGOTA PIP : TAUFIK AKBAR, MARSHA KHAIRUNNISA, MEITA DWIJAYANTI, NASRUL ADIE, M. ZULFIKAR A.
ANGGOTA ASBO : LUTHFANA FAZAR DAUD, EKA PUTRA PRASETYA, ADIS R., TRI FEBRIANI, M. ARIEF RAVENDRA.
ANGGOTA ADVOKASI : WALIKA ALYA AKMAL, RISKA LARASATI, WIDYA TRIASTUTI, ARUM PUSPORINI, DINDA NUR SAGITA.
ANGGOTA IPMAWATI : HENNY VIVIANI, RISKI AMELIA, SUCI, NANETY FARAS, EVERESTY RINJANI, YOLANDA HANNY.

Courtesy by: Pimpinan Cabang IPM Pamulang

Sunday 19 September 2010

Pentas Teater Boneka Keliling “Monyet Loe” Theater Lakon Belanda, Berhasil Pukau Penonton

Alleta Smeets memainkan boneka anak laki-laki sementara Ista Bagus Putranto memainkan boneka orangutan dalam pementasan teater boneka "Monyet Loe" di Ledok Tukangan, Jum'at (20/8).

Pementasan hari pertama teater boneka keliling berjudul “Monyet Loe” yang dilakukan Theater Lakon dari Belanda di sebuah lapangan bulutangkis di Ledokan Tukangan, Jum’at (20/8) berhasil mendapatkan perhatian warga sekitar yang menonton pementasan dengan sangat antusias.
Tua muda dan terutama anak-anak menyaksikan pementasan “Monyet Loe” dengan cerita. Mereka menyaksikan pementasan dari awal hingga akhir. Tidak sampai memenuhi lapangan bulutangkis yang sederhana itu memang tapi cara warga menikmati pementasan menunjukkan pementasan teater boneka yang dilakukan Theater Lakon ini berhasil merebut perhatian.
Orang-orang dewasa tak hent-hentinya mengeluarkan komentar hingga harus tertawa lebar melihat adegan-adegan yang dilakukan Alleta Smeets dan Ista Bagus Putranto, dua aktor Theater Lakon yang memainkan boneka orangutan, anak kecil dan seorang manusia asli. Ada-ada saja komentar yang dikeluarkan penonton saat menikmati pementasan.


Alleta memainkan boneka anak jalanan yang diberi nama Anton.
Mau kon turu saiki digugah,” kata seorang ibu ketika melihat adegan boneka anak kecil dan orangutan yang dikerangkeng.
Sokor  dicokot,” kata penonton yang lain saat menyaksikan manusia (dimainkan Ista dengan memakai topeng) mau menggendong orangutan itu tapi malah digigit hewan itu.
Saking kagumnya orang-orang tersebut menikmati gerakan-gerakan sepasang suami istri memainkan boneka, ada seorang ibu muda penonton pementasan yang berkomentar Alleta Smeets dan Ista memakai mesin untuk menggerakkan boneka-boneka yang ia mainkan.
“Opo mungkin jerone ono mesine yo?” tanya ibu muda itu kepada ibu sebelahnya. “Gerake ki cepet nek ra cepet ra iso,” katanya lagi ketika melihat kepiawaian Alleta memainkan kepala boneka orangutan.
Penonton anak-anak tak banyak berkomentar tapi puluhan anak-anak tersebut sangat antusias menyaksikan pementasan dengan ekspresi menonton mereka yang sangat menikmati tontonan didepan mereka. Mereka tertawa lebar,mereka menunjuk-nunjuk ke arah boneka. Benar-benar pertunjukan yang menarik untuk anak-anak kecil itu.
Alleta Smeets dan Ista Bagus Putranto memainkan adegan pementasan orangutan disebuah bar.Orangutan itu diceritakan diculik dari hutan dan dipaksa bekerja menghibur pengunjung bar.

Menghibur. Itulah tujuan yang diinginkan Theater Lakon ini dalam mementaskan teater boneka “Monyet Loe” ini. Dan sepertinya Jum’at sore itu, Alleta Smeets dan Ista Bagus Putranto berhasil meriah tujuannya itu dengan beberapa hal yang ditampilkan seperti cerita pementasan yang mudah dicerna serta permainan menghidupkan karakter boneka-boneka yang dilakukan Alleta Smeets dan Ista yang piawai.
“Kita sangat senang bisa menghibur anak-anak di Indonesia, karena hiburan untuk anak-anak di Indonesia sangat kurang,” kata Alleta Smeets workshop teater boneka, beberapa hari sebelum pentas di Ledok, Tukangan ini.
Bagi Alleta Smeets dan juga Ista Bagus Putranto di Theater Lakon, pementasan teater boneka yang dilakukan selain untuk memberi hiburan juga memberikan pendidikan tidak hanya bagi anak-anak tapi juga orang-orang dewasa.
Teater boneka menurut Alleta ada visi yang bisa dijalankan, teater boneka bisa memberikan inspirasi serta fungsi lain tidak hanya untuk menghibur. “Teater boneka bisa untuk senjata memperluas kesadaran masyarakat terhadap persoalan yang ada misalnya persoalan lingkungan. Hewan-hewan bisa dipakai untuk media berteater demikian juga bahasa,” jelas Alleta yang juga punya darah Indonesia ini.
Pementasan teater boneka keliling yang dilakukan Theater Lakon dari Belanda ini mendapat perhatian besar dari warga Ledok Tukangan terutama anak-anak. Mereka tidak beranjak dari tempat duduk dari awal hingga akhir pementasan.
Pementasan teater boneka keliling dari Theater Lakon yang bekerjasama dengan Teater Garasi dan Yayasan Umar Kayam ini memang mengusung pesan tentang persoalan lingkungan terutama mengenai semakin sedikitnya jumlah orangutan di Indonesia.
Pementasan teater boneka “Monyet Loe” bertujuan memberi pengetahuan dasar bagi anak-anak dengan cara membuka wawasan dan kepedulian tentang lingkungan, baik di sekitar tempat tinggal maupun hutan tempat tinggal makhluk hidup lain.”pentas boneka ini adalah kombinasi teknik teater dan budaya Indonesia dan Belanda,” kata Alleta Smeets.
Dikisahkan, didalam sebuah hutan, dimana burung-burung dan serangga-serangga terasa memabukkan, ada dua anak orangutan yang sedang bermain yaitu Hanoman dan kakaknya, Subali. Ketika mereka terlalu asyik bermain sehingga tersesat, Hanoman diambil oleh seorang pemburu liar. Hanoman dibawa ke kafe dipinggir kota dan menjadi hewan hiburan untuk tamu-tamu kafe itu.
Hanoman sangat sedih hidup dalam sangkar, dia tidak dipelihara dan terus dipaksa menari. Suatu hari dia berkenalan dengan Anton, anak jalanan yang sering berteduh diteras rumah mewah tempat Hanoman dipenjara. Anton sadar bahwa mereka bisa saling membantu berjuang untuk hidup dalam lingkungan masyarakat yang keras. Saat Hanoman berada dalam situasi yang berbahaya, Anton membantu temannya sekali lagi.
Pertunjukan teater boneka berdurasi hampir satu jam ini memang sangat menguras stamina Alleta dan Ista. Tapi mereka bekerja atas nama kebutuhan mendasar anak-anak, hiburan dan pendidikan, sesuatu yang susah untuk didapatkan anak-anak pada saat sekarang ini yang dikatakan sebagai jaman kemajuan.

No comments:

Post a Comment