STRUKTUR PC IPM PAMULANG 2011/2013

KETUA UMUM : ANDHINI CITRA PERTIWI
KABID PERKADERAN : FALAHUDIN RACHMAN
KABID KDI : FAIDH FADHILAH
KABID PIP : LAILY DIAN TANTI
KABID ASBO : MIFTAH AWALUDIN A.
KABID ADVOKASI : RIFQY AZMY AL-HANIF
KABID IPMAWATI : VERA RACHMA

SEKRETARIS UMUM : TARA PRAYOGA
SEKBID PERKADERAN : JIHANITA DIANSABILA
SEKBID KDI : EZA PRIMA IMAN CAHYA
SEKBID PIP : HANIFIA ZAHRA SAKINA
SEKBID ASBO : LUTFI GUSRIZAL
SEKBID ADVOKASI : NAJIYAH FAHMA
SEKBID IPMAWATI : FILDZAH RIZKI

BENDAHARA UMUM : MUTIA KHANZA
WK.BENDAHARA UMUM : BADZLINA EGSA

ANGGOTA PERKADERAN : KEVIN IVANDRA, RENATA ZUHA, M. ANDI WICAKSONO, FARHAN, DINDA INDRIANI, ANDINTA SUCI MAHARANI.

ANGGOTA KDI : AKMAL MONTESKI, M. ARIF RAMADHAN, KHOIRUL MIFTAH, NABILA HANIFA, RISA MAGFIROH, EMILI.

ANGGOTA PIP : TAUFIK AKBAR, MARSHA KHAIRUNNISA, MEITA DWIJAYANTI, NASRUL ADIE, M. ZULFIKAR A.
ANGGOTA ASBO : LUTHFANA FAZAR DAUD, EKA PUTRA PRASETYA, ADIS R., TRI FEBRIANI, M. ARIEF RAVENDRA.
ANGGOTA ADVOKASI : WALIKA ALYA AKMAL, RISKA LARASATI, WIDYA TRIASTUTI, ARUM PUSPORINI, DINDA NUR SAGITA.
ANGGOTA IPMAWATI : HENNY VIVIANI, RISKI AMELIA, SUCI, NANETY FARAS, EVERESTY RINJANI, YOLANDA HANNY.

Courtesy by: Pimpinan Cabang IPM Pamulang

Sunday 19 September 2010

Pesantren Waria

Taukah anda kalo waria memiliki pesantren? Bagi yang belum tau, silahkan simak Pesantren Waria dibawah ini

Di salah satu gang sepi di Yogyakarta, ada sebuah salon diubah jadi pesantren. Pemiliknya Mariyani, seorang waria paruh baya. Ini tempat aman bagi kelompok lesbian, gay dan transeksual, LGBT, untuk berdoa dan berdiskusi agama. Indonesia, sampai saat ini, belum ramah LGBT.

Reporter KBR68H Rebecca Henschke mengunjungi pesantren unik ini bulan ramadan lalu.




Hampir pukul 6 sore. Saatnya buka puasa dan shalat Maghrib. Salon Mariyani di Kampung Notoyudan, Yogyakarta, ikut dipermak. Kaca-kaca disembunyikan di balik tirai. Sajadah dihamparkan di atas karpet. Beberapa Al Quran tampak menggantikan posisi majalah fashion yang semula ada di rak. Mariyani membawa kotak makanan.

"Saya mengadakan pengajian dengan anak yatim piatu dari Wonosari dan Giwangan, ada 90 anak yatim piatu. Bahwasanya saya bersyukur kepada Allah SWT saya diberi umur 50 tahun. Alhamdulillah. Dan ini bulan Ramadhan. Saya ingin dengan anak-anak yatim piatu buka bersama dan pengajian. Untuk mengucapkan syukur kepada Allah saya sudah diberi umur 50 tahun. Saya harus cari jalan yang baik. Cari hidup yang baik. Karena pasti tidak lama lagi saya dipanggil Allah SWT."


Kehidupan lain
Sebagai waria, Mariyani telah melewati banyak hal. Mulai dari mengamen di jalanan, sampai bergelut di dunia tata rias, bahkan menjual diri di pinggir jalan. Tapi malam ini, Mariyani nampak beda. Ia memakai baju panjang yang sederhana, jilbab, tanpa riasan wajah.

Foto-foto yang dipajang di salon memperlihatkan sisi kehidupan dia yang lain. Salah satunya, Mariyani memakai baju ketat berwarna krem dengan bahu terbuka. Riasan wajahnya tebal, dengan lipstik merah terang dan sapuan mata warna biru.

"Saya merasa waktu itu punya pacar, pacar saya nikah dengan perempuan. Lalu saya masuk ke dunia malam. Menjual diri. Jadi saya pakai pakaian perempuan. Saya hidup sendiri, cari nafkah sendiri, untuk sakit biaya sendiri, untuk makan dan kos juga. Saya keliling ke Jakarta; ke Taman Lawang, Semarang, Surabaya."

Kesempatan kerja bagi kaum transeksual atau waria terbatas. Mereka yang ada di Salon Mariyani malam ini kebanyakan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersil, pengamen jalanan, atau bekerja di salon kecantikan.

"Sampai sekarang saya merasa waria itu bukan pilihan hidup. Kalau itu pilihan hidup, saya disuruh pilih, saya tidak mau jadi waria. Tapi ternyata memang kenyataan itu bukan pilihan dan nasib saya begini, memang Allah memberi saya hidup begini. Saya bersyukur pada Tuhan. Tergantung waria yang masih muda, saya juga dulu keluar malam. Semakin lama, berpikir kita harus jalan yang baik. Ditanya temen, kenapa kamu keluar malam, kenapa tidak buka salon? Dulu saya tidak menghiraukan. Ternyata benar juga teman-teman memberitahukan jalan yang baik. Ternyata buktinya saya bisa jalan yang baik."

Islam

Apa yang membuat Mariyani tertarik dengan Islam?

"Semua agama itu baik. Tidak ada agama yang jelek, tinggal manusianya aja yang jelek. Tiba-tiba saya ikut pengajian, ke mesjid. Tidak ada yang menyuruh. Dari hati nurani saya sendiri. Saya ajak temen-temen beribadah. Biarpun ulama lain mengatakan ibadahnya waria tidak diterima Tuhan, waria itu haram, waria itu harus sembuh, itu terserah. Yang penting saya manusia, saya waria juga manusia, saya punya hak beribadah. Diterima atau tidaknya itu urusan saya dengan Tuhan."

Sambil menangis, Mariyani meminta anak-anak yatim piatu untuk menghormati hak-hak para waria untuk masuk masjid dan menjalankan ibadah. Ia meminta mereka untuk tidak menggunakan kata kotor untuk waria, tapi melihat mereka sebagai manusia. Sebagaimana Tuhan melihat mereka.

Bagi Trias, 17 tahun yang hadir di acara buka puasa di Salon Mariyani, ini kali pertama dia berbincang dengan seorang waria.

"Ya, merasa agak senang karena berbeda daripada yang lainnya. Baru pertama kali."

Pondok pesantren ini berhasil menarik orang-orang Islam yang selama ini terpinggirkan. Uniknya, di sini disediakan sarung dan peci, juga mukena untuk sembayang. Peserta pesantren dibebaskan memilih pakai apa, mau beribadah sebagai laki-laki atau perempuan.

Wulan, waria berusia 45 tahun. Ia bekerja dengan salah satu kelompok bantuan HIV/Aids. Ia juga seorang Pekerja Seks Komersil, PSK.

"Saya asalnya orang Islam. Dari lahir, sejak kecil saya sudah jadi waria. Keluarga saya sudah nerima. Dari kecil saya belajar ngaji, belajar sembayang. Tapi sejak saya di Yogya sudah berapa tahun, saya belum pernah sembayang lagi. Sejak ada pondok pesantren ini saya bisa sembayang.

Pesantren ini mengubah hidup Wulan.

"Tertarik karena saya ingin belajar banyak tentang agama, tentang Al Quran. Karena selama ini saya jarang sembahyang. Karena belum siap saja. Apalagi saya dulu pekerja seks, jadi saya sudah untuk melakukan sembayang karena saya merasa saya ini kotor. Saya ada perubahan karena saya bisa menjalankan salat, membaca Al Quran biarpun gak lancar atau hafal bener. Tapi di situlah saya ada perubahan untuk melakukan itu, bangga dan tenang pikiran saya habis sembayang. Rejeki dari mana aja mudah untuk saya cari."

Kekerasan
Meski sebagian orang Indonesia mempraktikkan Islam secara moderat, tapi dari tahun ke tahun, aksi kekerasan terhadap mereka yang dianggap berbeda makin besar. Alhasil, kaum lesbian, gay dan transeksual LGBT kerap jadi sasaran sejumlah kelompok yang main hakim sendiri.

Maret lalu, sekitar 150 orang berkumpul di Surabaya, Jawa Timur. Di hotel itu akan diselenggarakan pertemuan aktivis LGBT dari seluruh Asia. Tapi pertemuan itu diusik dengan kedatangan kelompok garis keras yang menuntut supaya pertemuan itu dibatalkan. Para aktivis asing dan lokal itu juga diminta segera meninggalkan lokasi.

Homoseksualitas memang tak dilarang di Indonesia. Tapi Majelis Ulama Indonesia MUI menyatakan mereka haram. Yanti Syaganti, Ketua Organisasi Waria Indonesia. Ia juga hadir dalam buka puasa di Pondok Pesantren Waria di Yogyakarta.

"MUI mengatakan itu salah kaprah. Mari kita sama-sama buka Quran, sama-sama buka Tafsir. Ingat, sejarah tidak bisa dilupakan. Di zaman Nabi Luth, itu waria sudah ada. Kalau kaum waria adalah sahaja-nya Nabi Luth. Itu pengertian persepsi. Masalah haram dan tidak haram, itu tergantung Allah. Itu semua sama, tidak ada perbedaan. Oknum dari MUI itulah orang-orang yang picik yang selalu mengklaim atas nama agama. Waria juga punya agama!"

Talenta
Adzan Maghrib berkumandang dari mesjid terdekat. Kaum waria dan anak yatim yang tengah duduk bersama ini langsung berbuka puasa dengan seteguk minuman. Lantas mereka bersiap-siap salat.

Sajadah dihamparkan di lantai. Salah satu yang tengah bersiap salat adalah Novi. Kuku-kukunya dicat, rambutnya hitam panjang. Tapi hari ini ia salat sebagai laki-laki. Novi dibesarkan di sebuah keluarga yang, kata dia, fundamentalis Islam. Ia disekolahkan ke pesantren dan wajib berpakaian seperti laki-laki. Menyembunyikan identitas diri yang sebenarnya.

"Itu SMA kelas 2. Itu awalnya untuk senang-senang saja, pinjam punya teman saya, perempuan. Kita jalan-jalan ke mal, ke diskotik. Perasaannya happy, merasa tersalurkan. Dengan adanya pondok pesantren ini, Insya Allah waria gak dipandang jelek oleh masyarakat. Tapi mereka juga punya talenta lainnya. Bisa menari, bisa merias, punya pekerjaan lainnya. Waria juga ada yang bisa mengaji, ada yang bisa mengajarkan Al Quran."

No comments:

Post a Comment